Depan Profil Peta Desa

Peta Desa

GAMBARAN UMUM ALAM DAN DEMOGRAFI

 

Kondisi Alam

Sampora adalah salah satu desa yang terletak di sebelah timur kaki Gunung Ciremai. Secara kewilayahan, desa ini memiliki luas 211,210 Ha (Hektar) atau sekitar 2.112.100 m2 (meter persegi). Sampora berbatasan secara langsung dengan sejumlah desa, yang di antaranya adalah: Desa Halimpu dan Desa Silebu, yang berada di Sebelah Utara desa. Keduanya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Beber (Halimpu) dan Kecamatan Pancalang (Silebu); Desa Caracas, di sebelah selatan. Desa ini masih satu kecamatan dengan Desa Sampora, karena sama-sama berada di bawah Kecataman Cilimus; Desa Wanayasa dan Desa Caracas, di sisi timur desa. Untuk Desa Wanayasa, termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Beber; dan Desa Kaliaren, yang berlokasi di sebelah barat.

Desa ini juga merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Cilimus. Lokasi Desa Sampora berada di bagian utara Kabupaten Kuningan dan merupakan tapal batas terluar yang bersebelahan dengan desa-desa Kabupaten Cirebon.

Dengan luas wilayah yang mencapai ratusan hektar, sebagian besar lahan desa digunakan sebagai areal persawahan yang hampir mencapai angka 100 hektar, disusul areal pemukiman yang jumlahnya sekitar 51 hektar, dan wilayah perkebunan yang menempati posisi ketiga dengan luas 45 hektar. Sekitar 15 hektar lainnya, dipergunakan untuk pelbagai macam kebutuhan lahan seperti pekarangan (sekitar 7 hektar), prasarana umum (sekitar 6 hektar), kebutuhan areal kuburan (1 hektar), dan perkantoran (kurang dari 1 hektar). Secara keseluruhan, total luas wilayah dari Desa Sampora Kecamatan Cilimus adalah 211, 210 Ha. 

Menurut data statistik yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, Sampora merupakan desa terluas di Kecamatan Cilimus dan areal desa ini meliputi 10,7 % dari total keseluruhan luas wilayah Kecataman Cilimus.

Gambar 1. Peta Desa Sampora, Tahun 2022

 

Sumber: Pemerintah Desa Sampora.

 

Secara teknis, areal persawahan yang merupakan areal terluas di desa, terdiri dari areal yang berupa tanah kering dan tanah basah. Tanah kering menjadi areal yang dominan di Desa Sampora dengan luasnya yang mencapai 96,7426 Hektar yang terdiri dari tegalan atau ladang dan kebutuhan tanah lainnya. Selebihnya, adalah tanah sawah yang sayangnya jumlahnya tidak terlalu luas. Karakteristik tanah tersebut membuat bidang pertanian di Desa Sampora tidak memberikan hasil panen yang berlebihan seperti desa-desa lainnya yang bisa panen hingga 3 kali dalam setahun. Menurut persentase luas lahan sawah di seluruh desa yang termasuk wilayah Kecamatan Cilimus. 

Desa Sampora merupakan desa dengan sawah tadah hujan terbesar dengan luas 15 hektar. Lahan pertanian yang berupa sawah tadah hujan pada umumnya tidak terlalu subur karena lapisan tanah di dalamnya tidak memiliki kandungan hara yang cukup dan acapkali dilanda kekeringan. Sementara itu, tanah perkebunan yang ada di Desa Sampora merupakan tanah milik individu dan tidak ada yang berstatus sebagai tanah perkebunan rakyat. Tanah perkebunan perseorangan tersebut total luasnya adalah 45,3226 hektar.

 

Gambar 2.   Balai Desa Sampora yang termasuk sebagai tanah fasilitas umum desa.

Sumber: Website Pemerintah Desa Sampora

 

Apabila ditelisik dari sisi geologis, rata-rata tanah di Sampora adalah tanah yang teksturnya lempung, dengan warna relatif abu- abu. Tanah lempung adalah subgrade (tanah dasar) yang memiliki karakter air pori yang sangat tinggi.  Walaupun jarang terjadi, daerah dengan tekstur tanah ini termasuk sebagai kawasan dengan tingkat erosi tanah yang ringan. Hal itu dapat terjadi karena tanah lempung adalah jenis tanah yang kurang padat dan cenderung lebih mudah mengalami pergeseran karena karakter lapisan tanahnya yang lembek apabila terkena air, namun pecah apabila udara yang menyinarinya terlalu panas.

 Umumnya, jenis tanah ini memiliki ketebalan lebih dari 2,5 meter dengan karakter sudut lereng yang angkanya lebih dari angka hitung 220. Namun meskipun begitu, tanah lempung (terutama yang merupakan asgrond [tanah abu kepundan]) tetap dapat diolah dalam bidang pertanian walaupun dengan cara yang lebih berat. 

Tanah jenis ini masih dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian karena model tanahnya masih dapat dikategorikan sebagai tanah yang subur.

 

Gambar 3. Sebuah jalan atara Cirebon dan Kuningan, tampak areal tanah di kanan kiri jalan yang ditumbuhi tanaman palawija, pada Bulan Juli 1927 M.

Sumber: Koleksi Foto Tropen Museum, Amsterdam.

 

Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, Sampora adalah daerah tropis yang berada di bawah kaki Gunung Ciremai. Karena lokasinya itu, Sampora termasuk ke dalam daerah yang relatif dingin meskipun pada siang hari suasana panas tetap terasa. Hal itu bisa terjadi karena Sampora termasuk ke dalam kawasan yang bentang alamnya berdekatan dengan perbukitan dan pegunungan. 

Sebagai gambaran, di bagian barat daya Sampora terdapat gunung tertinggi di Jawa Barat, yakni Gunung Ciremai. Secara geologis, Sampora bisa dikatakan sebagai kawasan lembah pegunungan yang datarannya itu terbentuk melalui berbagai rangkaian proses geologis pada masa sebelumnya.

 

Gambar Jalan antara Kuningan dan Cirebon dengan latar belakang Gunung Ciremai, antara tahun 1920-an sampai 1930-an.

 

Sumber: KITLV, Leiden.

 

 

Sebagai daerah tropis yang wilayahnya dilalui oleh garis ekuator, curah hujan di Indonesia cukup tinggi dengan intensitas rata-rata 2.000-3000 mm per tahun. Meski demikian, perbedaan topografi wilayah turut memengaruhi keragaman curah hujan sehingga curah hujan di daerah yang berada di wilayah pesisir akan lebih rendah ketimbang daerah pegunungan yang memiliki curah hujan lebih besar. 

Dalam konteks iklim ini, curah hujan rata-rata di Desa Sampora berkisar  pada angka umumnya desa-desa di dataran tinggi, yaitu 2.500 mm per tahun. Di Sampora, musim hujan terjadi kurang lebih selama 5 bulan dalam setahun. Dengan kondisi itu, suhu rata-rata harian yang dapat dirasakan di Desa Sampora adalah 27 derajat celcius. 

Sebagai tambahan informasi, curah hujan tahunan di dataran yang memiliki topografi dengan tinggi 600-1.300 meter di atas permukaan laut berkisar pada angka 2.300-2.800 mm per tahun. Desa yang memiliki dataran bervariasi antara wilayah perbukitan dan wilayah lapang tersebut memiliki jarak ke ibukota kecamatan sekitar 1,5 kilometer (yang berpusat di Cilmus), jarak ke ibukota kabupaten sekitar 15 kilometer (yang berpusat di Kota Kuningan), dan jarak ke ibukota propinsi sekitar 120 kilometer (yang berpusat di Kota Bandung). Sedangkan jarak Sampora ke pusat Kota Cirebon kurang dari 20 kilometer, sehingga banyak juga warga dari Desa Sampora yang beraktivitas di wilayah Cirebon untuk kegiatan atau keperluan lainnya.

 
Lampiran: